Dalam lingkungan sekolah, disiplin merupakan salah satu aspek penting yang harus ditanamkan pada siswa. Namun, terkadang cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut justru kontraproduktif. Salah satu metode yang sering digunakan oleh guru untuk mendidiplinkan siswa adalah melalui kecaman atau teguran keras. Namun, apakah benar dengan kecaman atau teguran keras, siswa akan menjadi lebih disiplin? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode kecaman atau teguran keras tidak efektif dalam membentuk disiplin pada siswa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Hamid (2015), kecaman yang dilakukan secara terus-menerus dapat membuat siswa kehilangan motivasi dan minat belajar. Selain itu, kecaman juga dapat menimbulkan rasa takut pada siswa, yang dapat menghambat perkembangan kreativitas dan inovasi mereka.
Studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA, 2015) menemukan bahwa kecaman atau teguran keras dapat memicu perasaan tertekan, rendah diri, dan masalah perilaku pada siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Landers (2013). juga menunjukkan bahwa hukuman verbal seperti kecaman atau teguran keras dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan masalah akademik pada siswa.
Selain itu, kecaman atau teguran keras dapat merusak hubungan antara guru dan siswa. Siswa yang sering dikecam cenderung merasa tidak dihargai, kehilangan motivasi belajar, dan menarik diri dari lingkungan sekolah (Tsao, 2021).
Dalam buku "Teaching with Love and Logic" yang ditulis oleh Jim Fay dan Charles Fay, disebutkan bahwa pendekatan yang lebih efektif dalam mendisiplinkan siswa adalah dengan menggunakan konsep "cinta dan logika". Guru harus mampu memahami dan menghargai siswa, serta memberikan konsekuensi yang logis saat siswa melakukan kesalahan. Dengan pendekatan ini, siswa akan belajar dari kesalahan mereka dan merasa didukung untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Selain itu, beberapa penulis seperti Alfie Kohn (1996) dan Thomas Gordon (2000) juga menekankan pentingnya membangun hubungan yang positif dengan siswa agar mereka dapat belajar dengan lebih baik. Dengan menghargai dan mendukung siswa, mereka akan merasa lebih termotivasi untuk belajar dan bersikap disiplin.
Dalam konteks pendidikan, kecaman atau teguran keras seharusnya digunakan sebagai langkah terakhir dalam mendisiplinkan siswa. Sebelum menggunakan kecaman atau teguran keras, guru atau orang tua sebaiknya mencoba pendekatan-pendekatan lain yang lebih positif seperti memberikan pujian, memberikan reward, atau memberikan perhatian lebih terhadap siswa.
Pada akhirnya, disiplin harus diajarkan dengan cinta dan kesabaran, bukan dengan kecaman atau kekerasan. Membangun hubungan yang hangat dan saling menghargai antara guru dan siswa akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan disiplin diri yang sehat dan berkelanjutan. Dengan cara yang positif dan konstruktif, siswa akan belajar menghargai disiplin sebagai sesuatu yang bermanfaat dan bukan sekadar ketakutan atau paksaan semata.
Meskipun kecaman atau teguran keras mungkin terlihat efektif dalam jangka pendek, namun dampak negatifnya pada perkembangan siswa jauh lebih besar. Pendekatan positif dengan penguatan, komunikasi terbuka, dan konsekuensi yang logis terbukti lebih efektif dalam membentuk disiplin pada siswa tanpa merusak hubungan dan motivasi belajar mereka.
Pustaka:
Copyright © 2022 SDN Darussalam. all rights reserved.