Berita

Candaan Jadi Perundungan “Hentikan Sebelum Jadi Kebiasaan "

Candaan Jadi Perundungan

“Hentikan Sebelum Jadi Kebiasaan”

 

Candaan, bagi sebagian orang,termasuk peserta didik mungkin hanya lucu-lucuan. Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa candaan kita bisa melukai hati orang lain. Di sekolah, sering kali kita mendengar candaan yang sepertinya sepele :

“Ih, kamu gemuk banget sekarang!” atau

“Kamu kok gitu sih, beda sendiri!”

Candaan seperti ini, meskipun terdengar biasa, bisa jadi awal dari perundungan yang berdampak besar. Praktisi Talents Mapping & Paediatric Hypnotherapist lulusan Universitas Indonesia Aninda mengatakan, hal yang perlu diperhatikan adalah jangan menormalisasi perilaku peserta didik yang mengarah ke bullying. Tidak jarang orangtua kerap menempatkan perilaku kasus bullying dengan sentilan 'hanya bercandaan peserta didik'. Padahal, hal ini jelas menjadi bibit mereka untuk menganggap kekerasan adalah hal wajar dan terus dilakukan sampai usia dewasa.

Berdasarkan laporan UNICEF (2023), 1 dari 3 peserta didik di Indonesia pernah mengalami perundungan, dan banyak di antaranya dimulai dari candaan. Peserta didik-peserta didik yang sering menjadi korban mungkin tidak selalu menunjukkan rasa sakit mereka, tapi mereka merasakannya diam-diam, dalam hati. Apa yang membedakan candaan dengan perundungan?

Sederhananya, untuk peserta didik tingkat sekolah dasar dapat membedakan mana bercanda sehat dan mana yang sudah termasuk bercanda sehat adalah ketika yang dilakukan dari tindakan bercanda atau candaan sehat maka orang yang diajak bercanda akan tertawa, merasa senang terhibur, dan suasana di saat itu menjadi lebih akrab. Namun, apabila orang yang diajak bercanda malah merasa tidak nyaman, tampak murung, sedih, takut, merasa tidak senang, atau marah akibat candaan yang diucapkan ataupun dilakukan maka candaan tersebut sudah tidak lagi sehat dan jangan dilanjutkan karena bisa berakibat pada bullying. 

Candaan itu perundungan jika :

  • Selalu ditujukan kepada orang yang sama
  • Membuat seseorang merasa tidak aman atau malu
  • Terus berlanjut meskipun korban sudah menunjukkan ketidaknyamanan

Yang perlu diingat adalah bahwa setiap bentuk pembullyan memiliki dampak yang serius pada kesejahteraan emosional dan psikologis korban.

Peserta didik yang menjadi target pembullyan sering mengalami penurunan harga diri, kecemasan, depresi, dan masalah perilaku lainnya. Selain korban, pelaku pembullyan juga dapat mengalami konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Seperti kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat, serta kemungkinan terlibat dalam perilaku kriminal di masa dewasa.

Sebagai guru, orang tua, atau teman, kita punya peran penting untuk menghentikan perundungan. Edukasi tentang empati, mengawasi interaksi, dan segera bertindak saat melihat tanda-tanda perundungan bisa membuat perubahan besar.

Bayangkan bagaimana perasaan seseorang yang setiap hari harus menahan sakit karena candaan yang tak berhenti. Mari kita hentikan sebelum terlambat. Jadilah pelindung, bukan pelaku. 

Mari ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua peserta didik. Hentikan candaan yang menyakiti jadilah pelindung bagi teman-temanmu.

Menghentikan normalisasi pembullyan pada peserta didik bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat penting untuk kesejahteraan dan perkembangan mereka.

Dengan membangun kesadaran tentang dampak negatif dari pembullyan, mengajarkan nilai-nilai kesopanan dan empati, serta menciptakan lingkungan yang mendukung, orangtua dapat membantu membentuk generasi masa depan yang menghargai, toleran, dan penuh kasih. Ini adalah investasi penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih aman bagi semuapeserta didik

 

Perundungan Bukan Hanya Tanggung Jawab Sekolah, Mari Bersama Cegah!

Perundungan di sekolah sering kali memunculkan pertanyaan: Siapa yang harus disalahkan? 😔

Terlalu mudah menyalahkan sekolah atau guru. Tapi ingat, sekolah tidak berdiri sendiri dalam membentuk karakter peserta didik. Peran orang tua sangat besar dalam membentuk perilaku peserta didik di rumah, yang akan terbawa hingga ke sekolah. Sekolah memang memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan menjaga lingkungan aman, namun pengawasan hanya terbatas selama jam belajar. Di luar itu, peserta didik kembali ke keluarga, tempat mereka belajar banyak tentang empati, moralitas, dan nilai-nilai sosial.

Apa yang bisa kita lakukan bersama?

  1. Orang tua dan sekolah harus berjalan beriringan. Ciptakan komunikasi yang sehat dan terbuka.
  2. Sekolah menyediakan ruang aman untuk peserta didik melapor tanpa rasa takut.
  3. Ajak peserta didik memahami dampak buruk dari perundungan, baik sebagai korban maupun pelaku.

⚠️ Ingat, perundungan bukan masalah individu. Ini adalah tanggung jawab kita bersama sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan suportif bagi peserta didik

 

Komentar Berita

Komentar Positif

(021) 55786012
sdndarussalam77@gmail.com
Senin - Sabtu 8.00 - 17.00
Minggu Tutup
Jl. Pembangunan 1, Batusari, Batuceper, RT.002/RW.004, Batusari, Kec. Batuceper, Kota Tangerang, Banten 15121