Berita

Sudah baca apa hari ini?

Kamu adalah Apa yang Kamu Baca

 

Sudah baca apa hari ini?

Tertarik dengan diskusi pertemuan kombel hebat “Darussalam Berani” episode ke-6 yang memuat tema literasi digital meningkatkam minat baca peserta didik. Ya, memang makna literasi tak hanya terbatas membaca sebuah buku. Terlebih lagi kita hidup di era society 5.0. Waduh, apalagi itu era society 5.0 bu Revy? Mari berliterasi .......

Society 5.0 merupakan sebuah konsep di mana kehidupan manusia dipermudah dengan adanya teknologi, dan teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri. https://www.detik.com/bali/berita/d-6461103/society-5-0-adalah-pengertian-dan-penerapannya.  Mengutip situs Online Learning BINUS University, Society 5.0 adalah konsep yang memungkinkan umat manusia menggunakan ilmu pengetahuan berbasis teknologi modern seperti AI dan robot untuk memenuhi kebutuhan dan mempermudah kehidupan manusia. Untuk memahami perkembangan Society 5.0 ini, kita perlu memahami juga generasi-generasi sebelumnya dimulai dari Society 1.0 hingga Society 4.0.

Society 1.0: Era berburu dan manusia baru mengenal tulisan

Society 2.0: Era pertanian di mana manusia mengenal cocok tanam

Society 3.0: Era industri di mana manusia mulai menggunakan mesin untuk aktivitas sehari-hari

Society 4.0: Era teknologi komputer hingga internet untuk menunjang kegiatan manusia

Society 5.0: Era teknologi di mana semua teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri

 

Dilihat dari perkembangan teknologi, ya memang benar jika kegiatan membaca tak lagi terbatas dengan media buku-buku di perpustakaan, di toko buku , atau jurnal pendidikan dan sebagainya dalam bentuk media cetak. Seiring dengan kemajuan teknologi, kita dapat membaca melalui media digital, baik melalui smartphone maupun PC atau Laptop. Tak jarang, smartphone nya smart, tetapi belum untuk penggunanya. Contoh kasus percaya berita hoaks Literasi, suatu gerakan yang sedang digalakan oleh pemerintah guna meningkatkan minat membaca masyarakat Indonesia yang masih rendah. Sebagian besar mereka “malas” untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berpengaruh pada proses pembentukan jati diri setiap orang. You are What You Read (kamu adalah apa yang kamu baca). Ini adalah sebuah ungkapan yang sering kita dengar selama ini namun kurang kita pahami secara utuh. Hal ini sesungguhnya menegaskan bahwa fungsi membaca tidak sekadar menambah wawasan, pengetahuan semata melainkan juga berpengaruh pada proses pembentukan jati diri setiap orang. Maka kita adalah apa yang kita baca.

Membaca adalah proses untuk memasukkan berbagai stimulus terhadap otak kita lewat mengamati, melihat sekaligus berpikir sehingga menimbulkan stimulus untuk memberikan reaksi dalam bentuk pandangan atau sikap. Muara dari proses ini adalah orang yang sering membaca adalah orang-orang yang berwawasan luas, berpikiran luas dan memiliki banyak pengetahuan dan wawasan. Kamu adalah apa yang kamu baca bermakna pula bahwa buku-buku yang kita pelajari secara tak langsung atau perlahan-lahan akan memengaruhi atau mungkin bisa dikatakan membentuk pola kepribadian kita. Misalnya, orang-orang yang sering membaca buku filsafat akan lebih serius, orang yang sering membaca puisi, syair atau novel akan meninggalkan jejak-jejak kepribadian kepada itu sendiri kepada pembaca. Pandangan ini pula menegaskan jika kita membaca buku-buku yang baik maka kita akan menjadi baik pula, demikian sebaliknya. Sama halnya jika kita hanya senang membaca status selebriti pada media sosialnya, yang secara tidak langsung membentuk kepribadian kita untuk tak ingin berpikir yang terlalu berat. Coba bandingkan berapa banyak masyarakat Indonesia yang berpartisipasi aktif dengan debat ilmiah, forum diskusi terbuka dan semacamnya dibandingkan dengan mengomentari tulisan tak berfaedah di sosial media? Yang bahkan kebenarannya belum mereka pastikan. Ya, urusan komentar dan mengomentari sesuatu yang tak penting, sebagian besar dilakukan oleh mereka yang tak mau critical thingking. Jika dikembalikan lagi pada diri kita dengan profesi pendidik, dimana menuntut peserta didik berfikir kreatif dan memiliki nalar kritis., sudah dapat dipastikan bagaimana output yang dihasilkannya.

 

Kesimpulan

Pemaparan ini semua akhirnya mengantarkan kita pada sebuah kesimpulan bahwa membaca adalah sebuah aktifitas yang penting tak hanya secara pengetahuan namun juga secara kepribadian. Terlebih pada peserta didik sekolah dasar, dimana semakin dini kegiatan literasi dilakukan, maka semakin berpengaruh ppada pembentukan kepribadian, membaca adalah mungkin salah satu cara terbaik untuk membentuk kepribadian tersebut. Lebih dari situ, nantinya ketika mereka dewasa, yang selain secara psikologis harus membentuk karakter yang stabil, sebagai generasi yang tengah dalam proses mengikuti strata pendidikan menambahkan urgensi membaca dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mendapat korespondensinya manakala kita mengamati negara-negara maju adalah negara-negara yang para remajanya pecinta atau sering membaca buku. Kesimpulan Dalam buku Menyemai Karakter Bangsa yang ditulis Yudi Latif, di awal pembahasan mengutip ungkapan “Debita ab erudito quoque libris reverentia” yang artinya adalah kehormatan seorang pelajar ada pada buku. Kehormatan dalam hal ini tak hanya secara intelektual semata namun juga secara spiritual maupun emosional. Semua ini semakin menguatkan kita pada pandangan bahwa kegiatan membaca adalah kegiatan yang maha penting yang harus kita budayakan sebagai sebuah upaya membentuk karakter personal yang juga syarat kemajuan sebuah bangsa. Alangkah lebih baik pula ketika proses membaca dilanjutkan dengan proses kebiasaan menulis. Thank You

Komentar Berita

Komentar Positif

(021) 55786012
sdndarussalam77@gmail.com
Senin - Sabtu 8.00 - 17.00
Minggu Tutup
Jl. Pembangunan 1, Batusari, Batuceper, RT.002/RW.004, Batusari, Kec. Batuceper, Kota Tangerang, Banten 15121